Langsung ke konten utama
Tahun 1988 tercatat sebagai tahun ke-77 masuknya coklat ke Indonesia. Adalah Dr. C.J.J. Van Hall orang yang pertama kali mengadakan seleksi terhadap pohon induk di Djati Renggo dan Getas. Kedua nama kebun tersebut digunakan untuk menamakan beberapa klon coklat jenis criollo yang sampai saat ini masih digunakan, dengan kode DR dan G berbagai nomor. A. Sebelum Kemerdekaan. Walaupun bubuk coklat telah dikenal sebagai pencampur minuman oleh bangsa indian suku Maya di Amerika tengah sejak abad sebelum masehi, namun baru abad ke-15 biji coklat mulai di perkenalkan di belahan dunia lain. Dengan kegunaannya sebagai upeti atau alat barter bernilai tinggi, biji coklat sebagai pencampur minuman diperkenalkan kepada bangsa Spanyol. Usaha pengembangan pertanaman coklat dirintis oleh bangsa spanyol ke benua Afrika dan Asia. Di Afrika, coklat diperkenalkan pada abad ke-15 dengan daerah penanaman terutama di Nigeria, Pantai Gading, dan Kongo. Pada waktu yang bersamaan coklat juga di perkenalkan di Asia, terutama daerah-daerah yang berdekatan dengan kawasan pasifik. Coklat yang di perkenalkan pada tahun 1560 di Sulawesi Utara berasal Dari Filipina. Jenis yang pertama kali di tanam adalah criollo, yang oleh bangsa Spanyol diperoleh dari Venezuela. Produksi coklat ini relatif rendah dan peka terhadap serangan hama dan penyakit, tetapi rasanya enak. Pada tahun 1806, usaha perluasan coklat dimulai lagi di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Penanaman di laksanakan di sela-sela areal pertanaman kopi. Pada tahun-tahun selanjutnya didatangkan lagi jenis coklat yang lain, mengingat kelemahan jenis coklat Criollo. Dr. C.J.J. Van Hall. MacGillvray, Van Der Knaap adalah peneliti-peneliti yang giat melakukan seleksi guna mendapatkan bahan tanam unggul maupun klon induk pada awal pertanaman coklat di Indonesia. Pada tahun 1914, MacGillvray telah menulis buku mengenai coklat, kemudian dituliskannya lagi pada tahun 1932 sebagai edisi ke-dua. Tahun 1888 diperkenalkan bahan tanam java criollo asal Venezuela yang bahan dasarnya adalah coklat asal sulawesi Utara tadi, sebagai bahan tanam tertua untuk mendapatkan bahan tanam unggul. Sebelumnya, pada tahun 1880 juga diperkenalkan bahan tanam jenis Forestero asal Venezuela untuk maksud yang sama. Dari hasil penelitian saat itu, direkomendasikan bahan tanam klon-klon DR, KWC dan G dengan berbagai nomor. Sejalan dengan itu, pengembangan tanaman coklat di Indonesia, khususnya di Jawa berjalan dengan pesat. Pada tahun 1938 telah terdapat 29 perkebunan cokelat dengan distribusi 13 perkebunan di Jawa Barat, 7 perkebunan di Jawa tengah, dan 9 perkebunan di Jawa Timur. Perkembangannya juga di dorong oleh meluasnya penyakit karat daun kopi oleh Hemeleia vastatrix, sehingga menyebabkan musnahnya areal pertanaman kopi di Jawa. Disamping itu oleh perusahaan perkebunan, pengembangan usaha cokelat juga dilakukan oleh petani pekebun, terutama di Jawa Barat. B. Sesudah kemerdekaan Pengalihan usaha perkebunan menjadi milik negara pada awal kemerdekaan menjadikan usaha pengembangan pertanaman cokelat menjadi semakin mantap. Daerah-daerah di jawa barat dan sumatra utara merupakan hasil pertanaman coklat yang kemudian berkembang dengan pesat. Perkembangan pertanaman coklat dengan demikian telah meluas ke indonesia bagian barat. Sejalan dengan itu, program pemuliaan untuk mendapatkan bahan tanam unggul terus giat dilaksanakan. Tahun 1973 diperkenalkan coklat jenis bulk melalui seleksi yang dilakukan oleh PT Perkebunan VI dan Balai Penelitian Perkebunan (BPP) Medan. Cokelat jenis bulk pada tahun berikutnya memperkecil kemungkinan untuk memperluas penanaman coklat jenis criollo. Seperti diketahui, cokelat jenis bulk dikenal sebagai jenis cokelat yang relatif tahan akan hama dan penyakit, produksinya tinggi walaupun rasnya sedang. Program pemuliaan PT Perkebunan VI dan BPP Medan itu, yang tetuanya terdiri dari biji-biji campuran Na, Pa, Sca, ICS, GG, DR, Poerboyo dan Getas, menghasilkan biji yang dikenal dengan nama varietas sintetik 1, 2, dan 3. Tetua tersebut berupa biji illegitim hibrida F1 dari Malaysia, yang ditanam sebanyak 150.000 pohon. Pada tahun 1976, BPP Jember juga melakukan program pemuliaannya dalam rangka untuk mendapatkan bahan tanam hibrida. Pemuliaan ini bertujuan untuk menghasilkan bahan tanam biji hibrida dengan efek heterosis. Sejumlah persilangan dari klon-klon ICS, Sca, dan DR telah diuji untuk maksud itu. Secara bersamaan usaha untuk mendapatkan bahan tanam klon yang dapat di jadikan sebagai induk maupun bahan tanam praktek juga dilaksanakan di kebun Kaliwining Jember, dan Malangsari. Di Sumatra Utara, penelitian yang sama terus dilaksanakan dalam rangka pengembangan pertanaman coklat. Beberapa PT Perkebunan mulai melakukan penanaman cokelat bulk, seperti PT Perkebunan IV dan II. PT Perkebunan II bahkan melakukan perluasan penanaman cokelat di Irian Jaya dan Riau serta membangun kebun benih cokelat di Maryke, Medan. Pembangunan kebun benih coklat tersebut dilaksanakan bersama P4TM (Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perkebunan Tanjugn Morawa) Medan yang saat ini telah menghsailkan bahan tanam biji hibrida, dengan tetua klon-klon Sca, ICS, Pa, TSH, dan IMS. Biji-biji hibrida yang dihasilkan kebun benih cokelat masih dalam tahap pengujian. Perkembangan yang pesat dari pertanaman coklat di Indonesia, menyebabkan peningkatan produksinya secara cepat. Bila pada tahun 1970-1977 produksi cokelat indonesia hanya 2.000-3.000 ton, maka pada tahun 1980 angka itu melonjak menjadi 7.000 ton. Dengan produksi coklat dunia saat ini 1.600.000 ton, maka potensi Indonesia sebagai penghasil cokelat masih baik prospeknya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

cokelat mengandung banyak manfaat untuk kebutuhan konsumsi tubuh. Sering kita tidak menyadari akan sejumlah makanan bergizi di sekeliling kita seperti yang bisa kita temui di dalam coklat. Coklat sering diidentikkan sebagai makanan yang tidak sehat, padahal coklat mengandung sejumlah zat gizi yang baik untuk tubuh manusia. Coklat memiliki rasa manis yang khas, sehingga membuat makanan ini hampir dikonsumsi setiap orang di dunia. Sebagian besar kandungan coklat, terdiri dari berbagai jenis zat seperti berikut : 14% kandungan karbohidrat 9% protein (terdiri dari zat protein, fenilalanin, asam amino triptofan dan tyrosin) 31% lemak zat-zat lain, seperti  alkanoid (zat yang menyebabkan coklat terasa pahit) Sejumlah kandungan zat dalam coklat yang begitu beragam inilah yang menjadikan coklat baik dikonsumsi dan juga memberikan dampak baik juga bagi kesehatan MANFAAT BAGI TUBUH Manfaat kesehatan yang mungkin dari coklat karena mengandung senyawa antioksidan bernama flavon